Dua hal ini sering membuat kita bingung, kalau keduanya tidak sinkron. Hal ini terutama akan dialami oleh anak-anak kita, ketika mereka mulai menentukan jalur pendidikan untuk masa depannya, bahkan ketika mereka sudah lulus dan akan menentukan jalur kariernya.
Saya sekolah arsitektur, saya berfikir minat saya awalnya adalah design. Tapi saya sadar, saya tidak diberikan bakat yang baik untuk mendesign seperti teman-teman saya yang lain. Minat saya ternyata adalah berdagang. Sehingga akhirnya saya memilih karier berdagang, mulai dari dulu berjualan software/system komputer untuk design (Computer Aided Design), sampai berjualan building material. Saya berusaha, dan merasa berhasil mensinkronkan kedua hal tersebut, bakat dan minat.
Anak saya Riska, suka dengan film the Silence of the Lamb. Awalnya ketika memilih sekolah, dia berfikir bahwa minatnya adalah bidang psikologi. Namun dia merasa bahwa bakatnya bukan dalam hal klinis ataupun human resources. Bakat dia adalah riset, dan akhirnya dia menemukan jalur kariernya, yang ada benang merahnya dengan minatnya, yaitu dibidang edutech dan akhirnya product manager, karena di bidang karier yang ia tekuni menyangkut riset dan profiling.
Anak saya Rizki bakatnya adalah numbers. Tadinya saya berfikir, dia akan memilih jalur pendidikan sebagai engineer. Tapi ternyata minatnya lain. Dari sejak kelas XI dia sudah memutuskan, lebih ingin sekolah commerce. Itupun saya masih salah perkiraan lagi, ketika dia masuk ke faculty commerce. Saya berfkir karena dia kuat dalam numbers, maka dia akan memilih subject utama finance atau accounting. Ternyata bukan, terlalu mainstream katanya. Dia lebih memilih subject utama operations & logistic, atau dalam istilah keseharian supply chain management.
Morale of the story, bantulah anak-anak kita untuk mensinkronkan antara minat dan bakat mereka. Semakin cepat ditemukan sinkronisasi keduanya, maka akan semakin lancar perjalanan studi dan karier mereka.
Kalau kedua hal tersebut tidak sinkron, yang muncul pertama adalah perasaan tertekan dan terpaksa. Kalau tidak segera ditemukan solusinya, maka hampir pasti, outputnya juga tidak akan terlalu memuaskan.
Memang, tidak mudah menjadi orang tua. Dan sampai kapanpun, kita tidak akan pernah selesai kita menjadi orang tua.